Sabtu, 02 Oktober 2010

Sudahkah Kita Tafahum ?

Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)." (QS. Al An’aam : 65)

Satu ayat pengantar bagi kita untuk mengetahui bahwa dalam alquran telah disebutkan agar kita saling memahami ditengah banyaknya percampuran golongan atau sebuah perbedaan. Tafahum atau saling memahami merupakan tingkatan ukhwah yang kedua setelah ta’aruf. Mungkin ketika antum membaca ini ”ah saya sudah tahu”—semoga saja tidak. Namun apakah kita benar-benar telah melampui garis ini artinya telah lolos uji saling memahami saudara kita antara yang satu dengan yang lain ? Bukan sekedar ikrar ”ane paham antum itu orangnya seperti ini...” tetapi melibatkan unsur rasa karena inilah tafahum yang sebenarnya. Sekali lagi, bukan sebuah pernyataan semata melainkan sebuah statement yang memiliki esensi lebih dalam.

Begitu banyak perbedaan
Kita hidup memang berada pada satu tempat untuk berpijak bersama-sama. Salah satu planet dalam tatanan tata surya, bumi. Satu memang. Tetapi di dalamnya ada banyak molekul, komponen dan senyawa penyusun bumi. Dan kita termasuk penghuni bumi yang tak hanya kita saja tetapi Allah menciptakan sejuta lebih manusia untuk menemani kita. Walaupun sama-sama manusia, kita punya banyak perbedaaan. Karakter. Itu yang paling utama. Kita hidup memiliki keinginan masing-masing dengan perbedaan karakter masing-masing juga. So ? terkadang keinginan itu akan selalu menuntut kita. Tetapi kita tahu keinginan tak selalu kita dapatkan. Jika mereka langsung mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan mudah, lalu bagaimana mereka akan memahami sebuah proses. Mengerti akan sebuah pengorbanan mendapatkan apa yang kita kehendaki.
Allah memberikan karunia lewat penciptaan manusia dengan frame berpikir berbeda pula. Lalu bagaimana kita menyikapi hal itu ? bagimana kita membahasakan suatu masalah kepada satu orang dengan orang yang lain. Itu berbeda. Ketika berdiskusi, menyampaikan pendapat, menyampaikan keinginan. Bisa saja menciptakan sebuah pertengkaran sengit bahkan mungkin versus teman dekat kita sendiri karena kita belum bertafahum. Ya..itu kejadian yang saya sering perhatikan akhir-akhir ini.
Tak semua orang paham dengan bahasa kita –yang mungkin terlalu memiliki arti khusus atau terlalu ’belibet’. Kita ingin menyampaikan A ternyata yang tersampaikan itu Z. Hanya orang-orang tertentu yang akan saling ’mengiyakan’ ketika mendengarkan kita berbicara dengan bahasa yang tertentu pula.

Lalu bagaimana ?
Kawan, inilah sebuah arti saling memahami ? Susah ? saya rasa tidak terlalu susah. Bagaimana kita ingin dipahami jika kita enggan memahami orang lain. Mungkin bisa menjadi sebuah tantangan. Apalagi ketika kita kuliah, berorganisasi, akan berhadapan dengan banyak orang yang tak sejalan dengan kita. Mungkin ada sebuah rute jalan yang berbeda dari impuls saraf otak kita. So..dimulai dari bermain cantik. Open. Itu kuncinya. Walaupun suatu ketika akan ada yang terkorban, karena inilah hakikat dari sebuah perjalanan untuk mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Lalu sering-seringlah berkomunikasi untuk bisa saling mengenal karakter dan pola pikir saudara kita. Dan pada akhirnnya kita saling menerima, apa adanya. Jika belum, cobalah untuk selalu berkhusnudzan dengan saudara kita. Dari sinilah akan terlahir arti saling memahami. Hum, simple saja. [mhie]

1 komentar:

azkiya mhie mengatakan...

humzz slamat brtafahum