(me
and my students-1-)
“Bagi siapa saja yang membawa
laptop, gadget, mp3, mp4, flashdisk, dan apapun yang digunakan sebagai alat
pemnyimpan soft file, harap dikumpulkan sekarang juga kepada wali asrama” seru
beberpa pihak sekolah yang bertugas subuh itu. Subuh di pertengahan Ramadhan,
tepat setelah tilawah pagi selesai.
Seluruh anak asrama mulai panik dan
heran, khawatir dan gundah, gelisah dan galau, dan apapun itu perasaan
bercampur aduk seperti es campur yang nikmat disantap saat berbuka nanti.
“Ada apa ya ?”
“Jangan-jangan...?”
“Eh, kenapa ya ?”
Sejumput bahkan segudang tanda
tanya bercokol di pikiran mereka masing-masing. Penasaran yang tertumpuk
bersama perasaan acak adut membuat garis-garis wajah mengerut. Beberapa ada yang
masih biasa saja, dunia belum kiamat teman. Sementara itu, teman-teman lain
merasa seperti tersambar kekuatan listrik beberapa volt membuat saraf-saraf
mereka menegang dan bahkan terbakar.
***
Pagi itu,
Semburat awan sirius berhias di
langit. Pagi ini tak seperti pagi-pagi yang lalu. Jalanan setapak masih saja
tak bersih dari debu-debu. Pagi ini masih ada yang sama dengan pagi kemarin.
Hujan belum membasahi tanah Sokorejo. Tempat dimana boarding school kami
berdiri di tengah-tengah sawah yang menguning. Petani-petani masih riang memetik hasil panen
padi mereka. Padi yang berisi dan merunduk itu.
Pagi ini berbeda dengan pagi
kemarin. Dingin sudah tak terlalu menyelimuti kami untuk menggigil dari sejak
sahur hingga jam masuk sekolah. Mentari hangat sekali. Pelan menyelusuri awan
dan daun-daun pohon. Pelan dan pelan membuat pori-pori kulit membuka. Ingin
merasakan aroma udara dunia.
Sudah ku katakan pagi ini ada yang
tak sama dengan pagi sebelumnya. Ku masuk ruangan yang tak jauh dari tempatku
sebelum beranjak berdiri. Kelas-kelas yang masih sepi penghuni. Sekolah baru.
Sekolah dengan angkatan pertama.
Muka-muka memelas memenuhi ruangan.
Hanya satu, dua, tiga di antara mereka yang merasa ‘dunia masih baik-baik
saja’. Yang lainnya seolah tengah dirundung duka mendalam. Bukan badai puting
beliung yang menerpa mereka. Tapi banjir bandang di tengah kemarau. Ada apa
gerangan ?
***
Pagi itu, aku menatap mereka
lamat-lamat. Antara ingin bertanya dan bingung akan berbuat apa. Tapi aku sudah
ada di depan mereka. Di sini aku berada bukan sebagai patung atau manusia yang
cuek bebek bahkan acuh berpura-pura tak mengerti tentang apa dan mengapa sejuta
duka di mata mereka.
“???” Wajahku menggambarkan tiga
tanda itu.
“Hu..hu...hu...games-ku kalau di hapus
gimana ?” Isak salah satu anak sambil menyeka air matanya.
Ooo...razia. Itu bahasa kasarnya.
Bukan itu sebenarnya. Hanya saja pihak sekolah khususnya pihak yang berwenang
di asrama mengagendakan sidak mendadak (namanya juga sidak pasti mendadak tanpa
berita bocoran) untuk menilik atau mengintip barang bawaan mereka yang
dikantongi di tempat penyimpanan soft file yang di serahkan ke wali asrama
subuh tadi.
“Kalau gambar dan lagu-lagu dihapus
gimana ?” Gerutu anak yang lain menyusul menyampaikan kegalauannya.
“Udah lah, gak mungkin di hapus,
mungkin dipindahkan atau diamankan supaya kalian bisa memanfaatkan file-file
baik lagu, video, ataupun games lainnya yang lebih bermanfaat.“
Aku tidak menyiapkan jawaban apapun
yang lebih bijak dan lebih mempengaruhi pikiran mereka. Hanya senyum yang coba
ku simpulkan agar suasana berkabung lekas memudar dari kelasku. Satu jam hari
ini akan terasa singkat apalagi ada latihan ulangan matematika. Harus segera ku
akhiri drama hari ini.
“Sudahlah, gak apa-apa...! File kalian pasti baik-baik
saja. “ hiburku.
Aku membenarkan buku-buku dan
kertas yang aku bawa dari sudut ruangan yang dinamakan denngan ruang ustadzah.
“...Tapi gak tahu sih kalau suju” candaku.
Seketika banjir bandang seperti
menyergap mereka dari berbegai arah. Kanan, kiri, atas dan bawah. Menjadikan
hati mereka remuk dan berkeping-keping. Ah mungkin aku yang berlebihan. Tapi
wajah mereka membuatku yakin 100 % bahwa beberapa diantara mereka menjadi
korban tragedi subuh tadi. Ultimatum yang membakar emosi mereka.
Menangis dan makin menjadi.
Menggila pula aku kalau begini. Astaghfirullah, anak-anak ini kenapa ya ? Memang
hanya beberapa gelintir anak yang mengeluh dan menangis hebat dengan kejadian
hari ini. Tapi suara mereka seolah mendominasi seisi ruangan. Jadi seolah aku
yang dikeroyok dengan keluhan mereka.
“Jangaaaaaannnn...hikz..hikz....jangaaaaan
dihapus...hikz...hikz..” Teriak satu anak
“Hhhg...hhg....aku gak rela, Us...! Hikz...hikz”
teriak satu anak yang duduk menghadap arah barat itu.
“Ada apa kalian ini ?“
Urat sarafku menegang cepat.
Padahal niatku tadi hanya bercanda. Tapi terlahap sudah niatan itu ketika ku
dengar isak tangis yang menjadi dari beberapa anak di depanku.
“Memangnya suju itu tuhan kalian ?” Tanyaku
yang tak sadar ternyata nada bicaraku naik satu oktaf. Entah apa yang ada
dibenak mereka. Mungkin membenciku gara-gara pertanyaanku barusan. Atau takut,
kesal, sebal, sama guru yang ada dihadapan mereka. Atau mungkin mereka
menyiapkan sumpah serapah yang terkulum dalam mulut mereka.
“suju kan cuma buat hiburan ? Kenapa
musti dihapus” celetuk salah satu anak yang masih saja cemberut.
“ Hiburan ? Kalau Cuma hiburan
kenapa juga harus nangis-nangis segitunya ?” Sanggahku tak mau kalah. Mereka
kembali tertunduk. Yang lain mengiyakan tindakanku. Yang lain diam. Mungkin
pilih aman.
Apapun pandangan mereka terhadapku
hari itu, sungguh aku tak peduli. Karena keberanianku untuk menegur mereka
adalah tugasku. Karena mereka kini juga menjadi tanggung jawabku.
Kalau masalahnya adalah butuh
hiburan ? Pelarian gak harus selalu ke
salah satu grup band yang gak islami kok, banyak nasyid-nasyid keren
yang liriknya jauh dan jauh bisa memotivasi kalian. Kalau belum terbiasa, atau
asing dengan nasyid, it’s oke. Nanti kita memulai belajar untuk menyukai
nasyid-nasyid islami.
***
Siang itu akhirnya kami
bercengkrama di mushola dan membahas drama yang sudah terjadi di kelas
pagi-pagi indah tadi. Ah, pupus sudah kecemasanku tentang penilaian mereka
terhadapku. Kami pun ber-haha bersama mengingat raut-raut wajah kami pagi itu.
Lucu.
Anak-anaku, terima kasih atas
kejujuran kalian. Kalian baru saja memasuki gerbang remaja yang penuh dengan
pernak-pernik yang akan banyak membelajarkan kalian. Pantas saja, kalau banyak
piha yang mengkhawatirkan kalian baik orang tua atau guru kalian. Karena
menurutku, kalian itu bakal mutiara yang indah dan berkilau kalau kalian
mengikuti proses dan memilih pilihan-pilihan yang baik.
Termasuk
ketika kalian mengikuti apapun dan siapapun yang ada di hadapan kalian. Itu
boleh saja. Asal kalian tahu apa, siapa dan bagimana pilihan dan jalan yang
kamu ikuti itu. Aku juga tak ingin membuat khawatir ini jadi berlebihan. Aku
membebaskan kalian mau apa saja silahkan, tapi satu : pastikan apa yang kalian
lakukan itu punya manfaat yang baik buat kalian. Ingat ? Manfaat yang baik. Itu
saja.
Siang itu, semoga mentari dengan
panasnya menguatkan kita untuk terus memperbaiki diri kita masing-masing,
menjadi mutiara-mutiara terbaik. Menjadi terbaik itu tak mudah tapi juga tak
susah. Asal kita mau dan ikhlas. Oke, anakku !
Always love you, my students.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar