Minggu, 25 November 2012

Kepakan Sayap Elang dan Semerbak Edelweis di Purbalingga


—Meskipun mereka berbaris dengan sisa tenaga yang sudah terkuras selama kemwil, mereka masih sempat berkata, “Kemwilnya tambah tiga hari lagi, yuk !”

Kali ini SMPIT yang baru lahir di Pekalongan diberi kesempatan untuk mengikuti ajang asah potensi kepramukaan oleh JSIT Pusat. Acara yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak SIT yaitu Kemwil (Kemah Wilayah) Ukhuwah ke VI se-Jateng dan DIY.


Segudang Persiapan
Terhitung sejak pertengahan September, Ustadz Muhtadin selaku koordinator ekstra Pramuka sekaligus koordinator persiapan kemwil ABSP mulai disibukkan dengan segala yang berbau kemwil. Kegiatan yang dikompetisikan saat kemwil memang lumayan banyak. Mulai dari LKBB (Lomba Kreasi Baris-Berbaris), pioneering, tahfidz juz 29, paradise stand, hasta kaya dan scout adventure. Persiapan perlombaan semacam itu tak mungkin dilakukan dalam waktu singkat. Untungnya Ustadz Muhtadin bersama timnya yaitu Ustadz Didik, Ustadzah Meilda, Ustadzah Vita, Ustadzah Azmi, ikut membantu mempersiapkan siswa agar menguasai materi perlombaan. 

Persiapan lebih banyak pada praktek sehingga menguras tenaga dan waktu. Siswa yang tergabung dalam dua regu yaitu regu elang (regu ihkwan) dan regu edelweis (regu akhwat) bukan sembarang siswa. Karena mereka sudah mengikuti seleksi kepramukaan sehingga terpilihlah dua belas siswa dalam setiap regu.

Belum pelaksanaan kemwil saja, karakter siswa sudah mulai bermunculan. Perselisihan kecil menjadi catatan bagi ustadz dan ustadzah untuk banyak mengenal dan memahami mereka. Terlebih bagi mereka, hal-hal seperti itu akan menjadi ajang mencari jati diri dan mengenal teman. Persiapan kemwil yang mewarnai langit ABSP memang begitu mengesankan.

Merah Abu-Abu
Pagi-pagi (15/11) di tahun baru Islam, halaman ABSP sudah dipenuhi regu elang dan regu edelweis yang sudah berseragam merah abu-abu. Merah abu-abu inilah yang menjadi tema warna kemwil ABSP. Bambu-bambu—yang merah abu-abu—sudah tertata dan siap diangkut dengan doplak. Antara gembira dan penasaran terpancar dari wajah mereka. Bus di depan gang SDIT Ulul Albab pun siap mengangkut wajah-wajah penasaran mereka ke Purbalingga.

Buper (Bumi Perkemahan) Munjuluhur sudah menanti kedatangan berbagai regu dari seluruh daerah di Jateng-DIY. Jalanan yang naik turun dan penuh dengan bukit-bukit serta riak-riak sungai kecil juga siap dijadikan hunian selama tiga hari ke depan. Rombongan regu diangkut dengan doplak menuju kapling masing-masing. Ternyata doplak atau mobil pick up menjadi alat transportasi yang lumayan laris di sini. Bukan hewan kurban saja yang bisa dibawa doplak tetapi selain bisa mengangkut barang, juga bisa mengangkut orang. 

Ya, inilah kami merah abu-abu yang ikut mewarnai bukit dan lapangan hijau bumi perkemahan Munjuluhur, Purbalingga dari tanggal 15-18 November 2012. Mencoba menghirup aroma udaranya yang sejuk, membiarkan ilalang-ilalang melambaikan semangat dan langit malam berbintang terbentang pun rela dinikmati oleh regu kami. Bismillah siap beraksi ! seru kami waktu itu.

Belajar Untuk Kemwil Mendatang
Subhanallah. Melihat regu dari sekolah lain ? Terdiam sejenak. Kreativitas dan percaya diri dari beberapa kelompok lain memang patut diacungi jempol. Gapura mereka yang super kreatif, yel-yel mereka yang selalu dinyanyikan setiap kegiatan, seragam-seragam yang unik, serta kekompakan regu yang seru membuat peserta lain terpana melihatnya, termasuk regu ABSP ikut terpukau dibuatnya. Tak apa, karena regu kami yang baru berumur jagung memang mesti banyak belajar di kemwil kali ini. Sudah bisa berpastisipasi dalam kegiatan ini saja rasanya sudah alhamduillah (maklum sekolah baru). Maka tahun ini, biarkan ABSP ‘mencuri’ ruh yang bisa dijadikan bekal dan modal untuk kemwil mendatang

Wajah yang Berubah
Tiba di penghujung kegiatan, upacara penutupan Kemwil. Meskipun mereka berbaris dengan sisa tenaga yang sudah terkuras selama kemwil, mereka masih sempat berkata, “Kemwilnya tambah tiga hari lagi, yuk !”. Semua tersenyum dan seolah ada anggukan dalam hatinya masing-masing. 

Antara harap-harap cemas dan pasrah mendengarkan panitia dengan suara lantang mengumumkan juara dari masing-masing perlombaan. Tak banyak berharap, tetapi ternyata Allah memberi hadiah yang membuat kelompok ABSP bersorak, Alhamdulillah. Akhirnya nama SMPIT Assalaam Pekalongan diserukan oleh panitia sebagai Juara 2 Lomba Hasta Karya Batok Kelapa (Akhwat). Ternyata bukan sekali tetapi dua kali nama SMPIT Assalaam disebutkan. Juara 2 Lomba Hasta Karya Batok Kelapa juga di raih oleh regu elang (ikhwan). 

Selamat untuk ABSP, semoga prestasi kali ini mengantarkan prestasi-prestasi membanggakan pada kegiatan lain di tahun-tahun berikutnya. Doa kami selalu menyertaimu, ABSP !
Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! []

Rabu, 21 November 2012

Keikutsertaan ABSP dalam Pekan Bahasa Pekalongan

Senin, 22 Oktober 2012 @ SMPN 13 Pekalongan



“Alhamdulillah“ Ucap kami mendengar pengumuman perlombaan di pekan bahasa Pekalongan.
Meski belum puas, tetap saja yang terukir adalah syukur. Tak ada sia-sia meski hanya menggandeng predikat Juara Harapan 1 Lomba Membaca Cerpen oleh Hana Mamnukha.

Dan inilah kami, yang berseragam kitak-kotak hijau, yang ketika orang melihat, “Ini dari SMP mana, Bu ?” Akan dengan bangga kami menjawab, “SMPIT Assalaam Pekalongan, yang di Sokorejo itu lho ?”. Tahun depan maju lagi yuk, dan maju sebagai pemenang ? Semoga bisa. Yang jelas, keep istiqomah untuk berkarya, berkontribusi dan membumi.

Selamat untuk Hana Mamnukha, Maulana Fajrul Izzi dan Lutfi Fahmi A, menang kalah itu bukan peristiwa yang jarang kita temui justru tiap hari kita hadapi. Prosesnya bernama perjuangan dan perjuangan itu adalah kesempatan. Go ABSP Go..!! Allahu Akbar !! [mhie]

Kejutan-Kejutan Berharga Angkatan Pertama


Reportase MOS SMPIT Assalaam Pekalongan 2012 *

“Cita-citaku ? Apa ya ?” begitu pertanyaan yang terbesit dari beberapa siswa dan siswi di ruang aula, SMPIT Assalaam Boarding School Pekalongan (ABSP) pada Senin, 16 Juli 2012. Mereka menerawang ke langit-langit, ke ruangan dan ke segela penjuru mencari cita-citanya apakah berada di sana ? Mengawali Masa Orientasi Siswa di sekolah baru dengan meminta siswa menuliskan mimpi atau cita-citanya di masa depan dan 3 tahun mendatang. Beberapa anak terlihat antusias menuliskan apa yang akan didapat di masa mendatang. Suasana semakin riuh dan antusias ketika mereka menempelkan cita-cita itu di wishes tree.

Sebagai penoreh sejarah awal ABSP, MOS angkatan pertama dengan Ustadz Muhtadin, S.Pd I sebagai koordinator ini didesain sedemikian rupa sehingga berbeda dengan mayoritas MOS di sekolah-sekolah lain. Tim Trainer dari Pioneer Jakarta dan Trusco Semarang menghadirkan sajian penting bagi peserta MOS ABSP 2012 selama 3 hari pelaksanaan MOS. Kegiatan yang diawali dengan acara open house diikuti oleh 53 peserta MOS yang terdiri dari 30 peserta ikhwan dan 23 peserta akhwat.

Acara dibuka oleh kepala sekolah, Ustadz Bambang Subekti dan berlangsung dari pukul 07.00 hinggal 21.00 WIB.  Adapun kegiatan MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa) wajib diikuti oleh peserta baik yang menjadi santri ataupun non santri (non pondok). Hal ini dilakukan selain karena acara MOS hinggal malam, juga agar kultur pondok terasa bagi semua siswa. Mulai dari kegiatan Qiyamul lail, dzikir pagi bersama, tilawah bahkan olahraga bersama. Dengan demikian ikatan persaudaraan dan persahabatan mereka kian terjalin.

Kegiatan MOS dengan tema menjadi juara dengan 7 karakter qur’ani ini lebih mengedepankan pengembangan karakter tiap anak. Hal ini teruji dari beberapa session mengejutkan yang merangsang pola pikir dan potensi anak. Konsep outbond yang dibuat seperti petualangan memberikan kesan tersendiri bagi tiap anak. Bagaimana tidak mengesankan, petualangan menjelajahi pusat kota, alun-alun pekalongan secara beregu. Penjelajahan yang bukan ala kadarnya. 

“Keberanian dan kreativitas mereka benar-benar akan terlihat usai proyek ini” kata Pak Andi selaku trainer. Mereka dibekali amunisi sebagai bekal pulang meuju gedung SMPIT yang bertempat kurang lebih 2 km dari alun-alun Pekalongan. Dari Alun-Alun Pekaongan, peserta diajak untuk berpikir kreatif mencari strategi untuk kembali ke ABSP. Beberapa kelompok memilih menjual modal yang berupa jajan ke orang lain dengan mengambil keuntungan lebih tinggi. Dari keuntungan itulah yang akan digunakan untuk naik angkutan umum dan sampailah ke ABSP. 

“Asyik, mengesankan dan menambah wawasan“ begitu tutur Agnis dan Ayu (siswa SMPIT ABSP) setelah berhasil mencapai garis finish. Adapun satu kelompok terbaik dari proyek ini adalah kelompok yang berhasil mendapatkan keuntungan dan pengalaman yang luar biasa. Beberapa anak yang ternyata sangat berani dan memiliki rasa ingin tahu tinggi, mereka memasuki gedung Kospin Jasa untuk ‘ikut-ikutan’ jadi sekretaris yang merekap beberapa data. Ada jasa yang digunakan, ada pula peghargaan yang diterima. “Kalau ingin mencapai sesuatu, kita harus berpikir kreatif ternyata.” Komentar mereka seraya tersenyum merasakan betapa manis hasil yang didapatnya.

MOS yang jauh dari ajang perponcloan ini berlanjut hingga pencarian jati diri anak pada acara yang diisi oleh tim trainer Trusco, Pak Usep Badruzzaman, S.Pd. Kemampuan intrapersonal anak mulai dikembangkan, tentang bagaimana dan sejauh mana mereka mengenali dirinya masing-masing sampai ingin menjadi sosok yang seperti apakah kelak di masa depan ? Sadar ataupun tidak, anak-anak dikemudikan agar mereka mampu membuat target dalam kehidupan sehari-hari, di pondok, di sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Selama kegiatan berlangsung bukan berarti tanpa hambatan yang berarti. Mengondisikan peserta terutama peserta yang tinggal di pondok agar merasa nyaman dan betah tinggal di pondok merupakan tugas yang menempati urgensitas tinggi. Beberapa anak yang memang jarang berpisah dengan orang tua, kerap sekali merasa rindu dengan tempat tinggal terlebih dengan orang tua. Alhamdulillah tim trainer dan Ustadz/Ustadzah juga tak kalah dengan keluhan anak-anak, ada sederetan motivasi dan pesan yang semoga bisa diserap oleh anak-anak di SMPIT ABSP.

“Dari kegiatan MOS ini, semoga anak-anak memiliki sikap disiplin yang lebih baik dan mampu berjiwa mandiri serta mampu mengenal lingkungan sekolah.“ Tutur Ustadz Didik Teguh Yuwono, S. Pd selaku koordinator acara MOS ABSP.

Acara diakhiri dengan foto bersama. Rasa lelah dan senang tergambar dari garis wajah mereka termasuk para panitia yang tak lain tak bukan adalah Ustadz dan Ustadzah yag ada di SMPIT ABSP. Sejarah. Kelak nama anak-anak angkatan perdana di SMPIT ABSP inilah akan menjadi perbincangan awal dari sebuah sejarah. []

*)diterbitkan di Buletin Al Ummah Edisi  September

Rabu, 22 Agustus 2012

My World With You : Jurnalistik Crew

Bener-bener deh, kemarin 21 Agustus 2012 kedatangan Mba Karin ke rumah membuat aku ‘error’ lagi. Haha bukan error sebenernya. Memang dari dulu udah gini. Apalagi kalau udah ketemu sama temen yang punya biang yang sama. Jadilah karakter kami yang semakin hidup.

Wah, seolah frame ku semakin nyata tentang ‘anak jurnalistik’ yang rame, gokil, heboh, aneh dan pastinya kreatif (ehemm, mbagus-mbagusin dikit gak apa-apa kan ?). Meskipun udah dimakan waktu bertahun-tahun gak ketemu, nyatanya kita tetep bisa ngobrolin hal-hal yang seru abiz. Pembicaraan yang keren, asyik, mengisnpirasi dan memotivasi (menurutku) tapi gak berat banged karena dikemas dengan sangat renyah. Hehe...

Pokoknya siang itu kehadiran Mba Refreinaka Fikarin Tartila (sama suaminya) membuat aku bernostalgia tentang masa itu. Sedikit mengulang kisah lama supaya ada semangat ‘menggila’ seperti dulu, boleh kan ?

Episode 1

Kenalin nih, para tetua-tetua yang menjerumuskan aku ke dunia mereka. Sebelum aku masuk ke Jcrew, tiga orang itu tuh yang nge-tes aku dengan hal yang aneh-aneh (gak usah diceritakan disini ya..). Yang jelas dari hari itu aku tahu mereka orang yang super aneh tapi pinter dan itu nyata ada. Hehe...



Yang paling kiri itu Mba Zee (Inget ya ? Zee, pakai Z, begitu katanya dulu sambil nulisin huruf Z di pipi kanannya), yang paling kanan itu Mba Karin dan yang nongol dari bawah itu Mas Debix. Setelah aku, Fay dan Casdik masuk otomatis Mba Zee dan Mas Debix lengser dan dipensiunkan dari kepengurusan JCREW, Himaki 2008. Gud bye Nenek, kakek....


Episode 2

Tuh, lihat manusia-manusia yang bergelantungan itu ? bukannya kami nganggur sampai mau foto aja harus manjat pohon dulu. Haha, kita lagi disuruh ambil balon di pohon itu. Biar tambah semangat, makanya kami foto dulu. Tapi sayangnya Mas Uncka gak ikutan ki...payah...!



Aku masih inget banget tulisan pada kertas di dalam balon yang diambil sama ucil (maksudnya Casdik, hehe).
“Cari daun yang berbentuk waru”. Daun berbentuk waru ? ahiya, kami langsung menemukan waktu itu. Dan kami diminta untuk memberikan filosofi dari daun waru itu dan dikaitkan dengan keberadaan kita di Hima Kimia 2008. 

“Bekerja dengan hati dan penuh cinta” 
begitu intinya kira-kira yang kami sampaikan ke teman-teman lain setelah acara selesai. Aseeeek....!!

Episode 3

Nah, ini nih formasi terlengkapnya. Gila juga kadang ya ? Sore itu kita janjian buat pemotretan. Pemotretan buat model apa ya? Iklan sandal ? kayaknya gak mungkin dewh. Model baju ? haha, mana mungkin juga. Baju kita udah item semua gini. Bahkan ada tuh yag salah kostum terpaksa pinjem kaos SKAK yang tulisannya ijo punya Mba Ana, haha dipakai siapa ya ? (ehem, tenang semua pasti tetap menjadi rahasia perusahaan kok )

Well, pemotretan ini untuk profil departemen. Hehe, bagiku ini lebih dari pemotretan iklan sandal, baju, jilbab, atau apalah (haha, kayak udah pernah jadi model aja), yang jelas inilah model-model Jcrew yang banyak membelajarkan aku sehingga makin cinta dengan Jurnalistik.

Episode 4


Yang ini lagi berpusing ria (hmm, nggaya, padahal agak nyantai sih). Rapat redaksi malem-malem, kalau gak salah lagi bahas C-News ma La Chemso bukan ya ? ah gak tahu deh, aku ingetnya ini tempatnya Mas Uncka jadi markas besar kita setelah markas Hima Kimia di gelanggang ormawa. Aku inget banged nih, interior di ruangan ini bikin temen-temen iri. Apalagi setelah beberapa bulan kemudian, pas kita rapat Just My Soul, kayaknya nih ruangan malah mirip karaokean atau studio musik. Ada tape segedhe gambreng, lampu kelap kelip tujuh belas agustusan, tirai bambu dan tulisan-tulisan jepang, akuarium dengan satu ikan, semuanya tertata rapi..pi..pi.

Episode 5


Wajah Mba Lisa Assalami...cute bangedddd...padahal ni abiz di dodol-dodol-in sama ketua JMS nih. Hikz,,hikz,,yang penting kita tetep bisa ketawa. Aku juga pernah digituin sama Mas Uncka mba. Wah, kalau yang belum tahu Mas Uncka sih pasti deh 100 % bakalan sakit hati sehari semalem. Mak jleb-jleb banged.
Waktu itu aku mau bikin konsep buat Mading Cis-Trans. 

“Haduh, dodol bin dudull bin....dll (sensor, tut....)” katanya gitu. Terus aku ganti konsep deh, pakai tirai bambunya Mas Uncka. Nah, habis itu tuh, baru deh dipuji abis-abisan. Hmm, Mas Uncka sih jadi orang terlalu kreatif, multitalent lagi (desain grafis, desain interior, editing music, teater, video-shooting, bloging n web, wirausaha, penelitian ilmiahnya juga jago), jadinya kalau mau n\share ide agak  minder deh. Hehe, tapi makasih inspirasi dan ide-ide gilanya itu keren banged. Sampai munculah...just my soul dan teater koran.



Episode 6
 
Sampai pada akhirnya...Emak Jcrew 2008 pun juga harus ikut-ikutan pensiun dari kepengurusan. Dan meninggalkan aku, Fayla dan Casdik. Teganya lagi, Casdik meninggalkan aku sama Fay meneruskan perjalanan di Jcrew yang akhirnya kami ganti nama dengan Jukri 2009. Soalnya ternyata Jcrew itu menyamai dengan suatu nama kelompok tertentu.

Dengan berbekal ilmu dari emak dan nenek kami, jadilah kami......muka-muka seperti ini



Ada Wiwid, Fayla, Agma, Inez, Rifa, aku dan Deska. Dunia baruku waktu itu. Rame rasanya. Wah ini nanti kita bahas di judul yang lain ya...karena nanti jadi terlalu banyak. Hehe, thanks buat smuanya, j-Crew n Jukri. Kalian keluargaku yang semakin mengenalkan dan menjerumuskan aku di dunia yang sampai sekarang ini aku tekuni, majalah, buletin, desain, dan nulis. Yah meskipun masih amatiran, hehe....

Khususnya buat Naila Faila Sufa atau Fay (thanks for everything) :
Hmm, jadi kebuka nih catatan curhat di buku pink kecil yang sering buat rapat dulu. Terharu, tapi itu dah berlalu. Yang jelas waktu aku kasih tulisan itu ke Mba Karin, Mba Karin kasih balasan tulisan begini :


***
Hyaaah itulah cerita awut-awutan pelepas rinduku sama dunia yang baru kemarin aku tinggalin. Dunia kampus. Sekarang senyum Mba Karin masih sama kok serenyah dan seindah (hhhuuuuiiiihhhh) waktu dulu. Tapi sekarang lebih indah dink, karena udah nikah. Hehe...

Terima kasih Mba Karin, yang membuat aku akhirnya menuliskan curhatan ini. Semoga persahabatan ini selalu indah ya...![]

Pekalongan
10:08|22 Agustus 2012

Rabu, 15 Agustus 2012

Tangisan Para Suju-holic

(me and my students-1-)

“Bagi siapa saja yang membawa laptop, gadget, mp3, mp4, flashdisk, dan apapun yang digunakan sebagai alat pemnyimpan soft file, harap dikumpulkan sekarang juga kepada wali asrama” seru beberpa pihak sekolah yang bertugas subuh itu. Subuh di pertengahan Ramadhan, tepat setelah tilawah pagi selesai.

Seluruh anak asrama mulai panik dan heran, khawatir dan gundah, gelisah dan galau, dan apapun itu perasaan bercampur aduk seperti es campur yang nikmat disantap saat berbuka nanti.

“Ada apa ya ?”
Jangan-jangan...?”
Eh, kenapa ya ?”
Sejumput bahkan segudang tanda tanya bercokol di pikiran mereka masing-masing. Penasaran yang tertumpuk bersama perasaan acak adut membuat garis-garis wajah mengerut. Beberapa ada yang masih biasa saja, dunia belum kiamat teman. Sementara itu, teman-teman lain merasa seperti tersambar kekuatan listrik beberapa volt membuat saraf-saraf mereka menegang dan bahkan terbakar.

***

Pagi itu,
Semburat awan sirius berhias di langit. Pagi ini tak seperti pagi-pagi yang lalu. Jalanan setapak masih saja tak bersih dari debu-debu. Pagi ini masih ada yang sama dengan pagi kemarin. Hujan belum membasahi tanah Sokorejo. Tempat dimana boarding school kami berdiri di tengah-tengah sawah yang menguning.  Petani-petani masih riang memetik hasil panen padi mereka. Padi yang berisi dan merunduk itu.

Pagi ini berbeda dengan pagi kemarin. Dingin sudah tak terlalu menyelimuti kami untuk menggigil dari sejak sahur hingga jam masuk sekolah. Mentari hangat sekali. Pelan menyelusuri awan dan daun-daun pohon. Pelan dan pelan membuat pori-pori kulit membuka. Ingin merasakan aroma udara dunia.

Sudah ku katakan pagi ini ada yang tak sama dengan pagi sebelumnya. Ku masuk ruangan yang tak jauh dari tempatku sebelum beranjak berdiri. Kelas-kelas yang masih sepi penghuni. Sekolah baru. Sekolah dengan angkatan pertama.

Muka-muka memelas memenuhi ruangan. Hanya satu, dua, tiga di antara mereka yang merasa ‘dunia masih baik-baik saja’. Yang lainnya seolah tengah dirundung duka mendalam. Bukan badai puting beliung yang menerpa mereka. Tapi banjir bandang di tengah kemarau. Ada apa gerangan ?

***

Pagi itu, aku menatap mereka lamat-lamat. Antara ingin bertanya dan bingung akan berbuat apa. Tapi aku sudah ada di depan mereka. Di sini aku berada bukan sebagai patung atau manusia yang cuek bebek bahkan acuh berpura-pura tak mengerti tentang apa dan mengapa sejuta duka di mata mereka.

“???” Wajahku menggambarkan tiga tanda itu.

Hu..hu...hu...games-ku kalau di hapus gimana ?” Isak salah satu anak sambil menyeka air matanya.

Ooo...razia. Itu bahasa kasarnya. Bukan itu sebenarnya. Hanya saja pihak sekolah khususnya pihak yang berwenang di asrama mengagendakan sidak mendadak (namanya juga sidak pasti mendadak tanpa berita bocoran) untuk menilik atau mengintip barang bawaan mereka yang dikantongi di tempat penyimpanan soft file yang di serahkan ke wali asrama subuh tadi.

“Kalau gambar dan lagu-lagu dihapus gimana ?” Gerutu anak yang lain menyusul menyampaikan kegalauannya.

“Udah lah, gak mungkin di hapus, mungkin dipindahkan atau diamankan supaya kalian bisa memanfaatkan file-file baik lagu, video, ataupun games lainnya yang lebih bermanfaat.“

Aku tidak menyiapkan jawaban apapun yang lebih bijak dan lebih mempengaruhi pikiran mereka. Hanya senyum yang coba ku simpulkan agar suasana berkabung lekas memudar dari kelasku. Satu jam hari ini akan terasa singkat apalagi ada latihan ulangan matematika. Harus segera ku akhiri drama hari ini.

Sudahlah, gak apa-apa...! File kalian pasti baik-baik saja. “ hiburku.
Aku membenarkan buku-buku dan kertas yang aku bawa dari sudut ruangan yang dinamakan denngan ruang ustadzah.

“...Tapi gak tahu sih kalau suju” candaku.

Seketika banjir bandang seperti menyergap mereka dari berbegai arah. Kanan, kiri, atas dan bawah. Menjadikan hati mereka remuk dan berkeping-keping. Ah mungkin aku yang berlebihan. Tapi wajah mereka membuatku yakin 100 % bahwa beberapa diantara mereka menjadi korban tragedi subuh tadi. Ultimatum yang membakar emosi mereka.

Menangis dan makin menjadi. Menggila pula aku kalau begini. Astaghfirullah, anak-anak ini kenapa ya ? Memang hanya beberapa gelintir anak yang mengeluh dan menangis hebat dengan kejadian hari ini. Tapi suara mereka seolah mendominasi seisi ruangan. Jadi seolah aku yang dikeroyok dengan keluhan mereka.

Jangaaaaaannnn...hikz..hikz....jangaaaaan dihapus...hikz...hikz..” Teriak satu anak

Hhhg...hhg....aku gak rela, Us...! Hikz...hikz” teriak satu anak yang duduk menghadap arah barat itu.

Ada apa kalian ini ?“
Urat sarafku menegang cepat. Padahal niatku tadi hanya bercanda. Tapi terlahap sudah niatan itu ketika ku dengar isak tangis yang menjadi dari beberapa anak di depanku.

Memangnya suju itu tuhan kalian ?” Tanyaku yang tak sadar ternyata nada bicaraku naik satu oktaf. Entah apa yang ada dibenak mereka. Mungkin membenciku gara-gara pertanyaanku barusan. Atau takut, kesal, sebal, sama guru yang ada dihadapan mereka. Atau mungkin mereka menyiapkan sumpah serapah yang terkulum dalam mulut mereka.

“suju kan cuma buat hiburan ? Kenapa musti dihapus” celetuk salah satu anak yang masih saja cemberut.

“ Hiburan ? Kalau Cuma hiburan kenapa juga harus nangis-nangis segitunya ?” Sanggahku tak mau kalah. Mereka kembali tertunduk. Yang lain mengiyakan tindakanku. Yang lain diam. Mungkin pilih aman.

Apapun pandangan mereka terhadapku hari itu, sungguh aku tak peduli. Karena keberanianku untuk menegur mereka adalah tugasku. Karena mereka kini juga menjadi tanggung jawabku.

Kalau masalahnya adalah butuh hiburan ? Pelarian gak harus selalu ke  salah satu grup band yang gak islami kok, banyak nasyid-nasyid keren yang liriknya jauh dan jauh bisa memotivasi kalian. Kalau belum terbiasa, atau asing dengan nasyid, it’s oke. Nanti kita memulai belajar untuk menyukai nasyid-nasyid islami.
***
Siang itu akhirnya kami bercengkrama di mushola dan membahas drama yang sudah terjadi di kelas pagi-pagi indah tadi. Ah, pupus sudah kecemasanku tentang penilaian mereka terhadapku. Kami pun ber-haha bersama mengingat raut-raut wajah kami pagi itu. Lucu.

Anak-anaku, terima kasih atas kejujuran kalian. Kalian baru saja memasuki gerbang remaja yang penuh dengan pernak-pernik yang akan banyak membelajarkan kalian. Pantas saja, kalau banyak piha yang mengkhawatirkan kalian baik orang tua atau guru kalian. Karena menurutku, kalian itu bakal mutiara yang indah dan berkilau kalau kalian mengikuti proses dan memilih pilihan-pilihan yang baik.

Termasuk ketika kalian mengikuti apapun dan siapapun yang ada di hadapan kalian. Itu boleh saja. Asal kalian tahu apa, siapa dan bagimana pilihan dan jalan yang kamu ikuti itu. Aku juga tak ingin membuat khawatir ini jadi berlebihan. Aku membebaskan kalian mau apa saja silahkan, tapi satu : pastikan apa yang kalian lakukan itu punya manfaat yang baik buat kalian. Ingat ? Manfaat yang baik. Itu saja.

Siang itu, semoga mentari dengan panasnya menguatkan kita untuk terus memperbaiki diri kita masing-masing, menjadi mutiara-mutiara terbaik. Menjadi terbaik itu tak mudah tapi juga tak susah. Asal kita mau dan ikhlas. Oke, anakku !

Always love you, my students.[]