Sabtu, 21 Maret 2020

My Panic Episode: Curhat Dibalik Masa Social Distancing

Mantan bucin yang satu ini sedang ingin bercerita santai saja sambil makan cemilan dan minum rebusan rimpang (ini karena suami lagi rajin buatin). Entah ini rasa apa yang mampir dalam hidupku. Episode yang boleh dibilang menegangkan dan cukup membuat panik banyak orang. Kenapa aku ikut panik? Mungkin karena belum membaginya lewat tulisan.

Ya, ini sudah masuk hari keenam masa social distancing. Belum begitu terasa sebenarnya. Karena masih banyak orang melakukan rutinitas di luar sana, kecuali yang taat pimpinan. Sejak covid-19 masuk Indonesia dan trennya mulai meningkat, pemerintah menghimbau beberapa hal di daerah tertentu. Termasuk kota Pekalongan yang mengeluarkan surat edaran berisi tentang himbauan untuk meliburkan KBM di sekolah selama dua pekan. Ah, kalo anak-anak mungkin bahagia mau libur. Tapi bagiku? Otak harus berpikir cepat dan cuz mau ngapain aja tuh dua pekan?

Yuph, aku sadar sepenuhnya ini langkah baik untuk mencegah penularan yang lebih meluas. Aku yakin ini usaha yang baik dari pimpinan dan kita pun harus sejalan. Namun, bukan tentang bagaimana usaha menghadapi covid-nya yang ingin aku luapkan.

Dua pekan yang mendadak tanpa persiapan itu artinya aku harus menjadi full mom di rumah tanpa bisa ajak mereka eksplor outdoor, silaturahmi, mudik ke rumah mbah kung dan jalan-jalan ke tempat wisata karena ini masa social distancing. Dan, parahnya lagi aku harus memahamkan itu semua ke si sulung yang sekarang mulai aktif bertanya apapun itu. Sementara dari pihak sekolah sepertinya belum memberikan konseling secara langsung bahwa mereka akan lama di rumah. Bukannya kami gak siap bermain dengan anak sendiri, tetapi ini rasanya bikin megap-megap banged.

Pertama, libur dua pekan berarti harus bikin lesson plan buat duo bocil yang lagi super aktif itu pasti perlu merenung semaleman.  Otomatis kudu nyiapin banyak hal biar anak-anak betah dirumah, yeekhan???

Kedua, karena keluar rumah hanya boleh seperlunya (tapi kok yang sono-sono masih pada biasa aja ya) maka sebaiknya stok beberapa bahan untuk dirumah (no panicbuyying ya, mak?)

Ketiga, kebiasaanku yang buruk adalah suka jajan diluar dan jarang masak. Kalau keadaan begini yang lebih aman ya masak sendiri di rumah sedangkan aku hanya bisa masak 2-5 menu masakan dengan bumbu dasar bamer-baput. Parah banged, kan? Padahal udah berumah tangga hampir tujuh tahun. Alamak!!

Keempat, work from home itu sama aja kayak apa ya? Karena tiap pulang kerja dari kantor sampe rumah pun masih kerja rodi kan mak? Itu mah resiko working mom, gak usah keluhin. Semua yang working mom juga merasakan hal yang sama. Work from home artinya membawa pekerjaan kantor ke rumah. ya Allah, lipatgandakan kekuatanku tanpa aku harus jadi sailormoon atau boboboy halilintar (kata Ghassan). Mamak kudu strong! Aslinya sih biasa aja, tapi kalo gak heboh bukan Azmi namanya.

Kelima, tepat hari pertama libur aku tumbang krek..krek..krek. Bener kata orang, kalau panik imunitas menurun dan selamat beristirahat tanpa istirahat yang sebenarnya karena dirumah u know lah mak.Seolah ingin membenarkan kata teman, bahwa emak itu gak boleh sakit!

Sepertinya mimpiku ingin menjadi ibu rumah tangga ambyar sudah. Dengan sisa tenaga yang ada, masak untuk lima hari pertama rasanya aku udah pantes dapet piala (dari siapa?) karena sepanjang sejarah gak pernah masak beberapa hari  berturut-turut gitu.
Tak hanya itu, hape buntut harus online memantau murid-muridku mengerjakan tugas dari rumah serta melototin grup-grup baru yang wajib diikuti. Mantul deh, liburan rasa coklat strowberi penuh nikmat setiap hari.

Hari pertama libur aja Ghassan dah bingung,
"kok libur?"
"iya soalnya corona lagi jalan-jalan" jawabku sekenanya.
"ke sekolahku pok mi?"
"aaa...tidak-tidak."
"lha kemana?"
"corona lagi jalan-jalan di China dan Korea. Biar gak menyebar dan menular, kita disuruh libur dirumah jangan pergi-pergi. Sekolahannya dibersihkan dulu biar gak ada kuman dan virus."
"Sampai kapan umy?"
"sampai tanggal ini" (menunjuk ke kalender)
"Wah, lamane pok umy...nanti gak bisa main sama temen-temen"
Help, semoga aku gak hipertensi di rumah. Karena ngajarin anak sendiri kadang galaknya tumpah-tumpah.

Nah, menghadapi sisa hari libur kerja dari rumah ini nampaknya wajib reschedule all activity supaya tertata rapi dan tetap berkesan untuk buah hati. Meskipun liat beranda youtube udah kaya trailer film horor semua (tiap hari nongol pak Yuri membacakan pertambahan positif covid-19) tetep harus menjaga kewarasan jiwa raga agar tetap optimis menjalani hari-hari. Ikhtiyar maksimal dan yakin sama Allah. Kita sakit, sedih, payah, susah tapi ikhlas maka bisa jadi penggugur dosa (Ya Allah, bimbing kami biar ikhlas).

Kadang udah gak panik, tapi giliran baca status WA temen-temen jadi kambuh lagi paniknya. Bismillah, salah satu mengurangi kepanikannya yaitu dengan memikirkan hal lain yang bisa memberikan manfaat di situasi darurat. Ngobrol dan curhat sama suami (pastikan suami gak malah ikutan panik ya?), bikin target libur anak, maksimalkan ikhtiyar tanggap covid-19, nawaitu nya dilurusin, ibadahnya dikencengin. Ambil hikmahnya deh, mungkin ini salah satu cara Allah supaya keluarga makin harmonis, pasangan makin romantis, anak-anak bermain bersama ortu dengan aktif dan makin kreatif, kebersamaan melahirkan energi positif.

Gitu saja cerita hari ini ya. Pegel lama gak nulis.
Tetep sehat dan semangat.
Semoga virus penyebab covid-19 nya segera musnah biar bisa menyambut ramadhan penuh berkah dan hari-hari kembali cerah.
Buat para mamak, stay strong dan keep smile:)