Selasa, 12 Februari 2013

Media Kampus : Dakwah yang Gak Ada Matinya !

Nailul Azmi, S.Pd

--karena dia memberikan denyut dan nafas bagi kehidupan. Membuktikan adanya sebuah peradaban. Bukan kumpulan manusia-manusia yang mati, tetapi mereka yang berani hidup dengan ruh-ruh baru yang merasuki setiap tulisan. Menulislah...!

Tentang media / pers ?

Media menjadi sorotan sebagai pertanda adanya kehidupan sebuah lembaga. Hmm, nampaknya seperti jantung bagi tubuh manusia. Well,pada kenyataannya media menjadi hal yang sangat penting dan dijadikan sebagai sarana komunikasi antara penyampai pesan kepada khalayak umum (penerima pesan).

Media bisa berupa media cetak dan online. Media bersangkutan dengan adanya keberadaan Pers di beberapa lembaga. Dilihat dari sejarahnya, munculnya lembaga pers Islam di Indonesia dimulai pada awal abad ke-20, bersamaan dengan lahir dan menyebarnya ide-ide reformasi yang berkembang di Timur Tengah, terutama dari Mesir. Ide-ide tentang reformasi itu, setidaknya menyebar melalui dua majalah terkemuka di Mesir, Urwatul Wutsqo dan Al Manar.


Koran Republika salah satu media berbau Islam tanah air. Penyebaran ide ini begitu luas, hingga ke Jawa, dan melahirkan gerakan Jami’at Khair. Para anggota organisasi ini kemudian menyebar dan mendirikan organisasinya sendiri, seperti KH Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah. Selain Muhammadiyah, berdiri pula beberapa perkumpulan lain seperti Sarekat Dagang Islam, Persatuan Islam, atau Jong Islamienten Bond (Joenaidi, 1997).


Organisasi-organisasi ini membangun iklim diskusi bagi pemikiran Islam mutakhir. Dalam skala yang lebih luas, ini memunculkan kebutuhan akan pers Islam. Pers menjadi sarana untuk menyapaikan ideologi pemikiran masing-masing organisasi sehingga masyarakat umum terbuka wawasannya terlepas mereka akan mengikuti ideologi yang mana.


Namun, setelah pintu reformasi terbuka pada akhir 1997 dan berkembang era 1998 keberadaan pers Islam semakin luas, baik itu sebagai media dakwah maupun sebagai wadah perlawanan rezim. Dan hal inilah yang menjadi pemicu dari semakin berkembangnya pers Islam di Indonesia.


Kampus dapat dikatakan sebagai miniatur negara yang berisi masyarakat kampus, tatanan pemerintahan hingga sosial society yang memiliki peran yang penting. Keberadaan media tentunya juga memiliki manfaat yang sangat baik dalam pembangunan sebuah negara sehingga muncullah berbagai sarana menyalur komunikasi dan informasi yang biasa disebut media kampus.


Media atau pers kampus dalam sebuah negara memiliki posisi yang signifikan dalam proses pembangunan dan kehidupan masyarakat. Posisi media semestinya mampu diperankan di kampus sebagai miniatur negara.

Tujuan adanya media kampus

Konsumen media di kampus adalah masyarakat kampus. Masyarakat yang bagaimana yang akan kita cita-citakan ? Masyarakat buta berita, Masyarakat bodoh, Masyarakat cerdas, Masyarakat berpikir. Itu semua menjadi garapan besar bagi pejuang pena yang ada di dalamnya.


Sebenarnya fungsi media itu sangat banyak. Namun disini saya rangkum menjadi 3 pokok penting
Fungsi Pendidikan : Pers itu sebagi sarana pendidikan massa (mass Education), pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya.
Fungsi Hiburan : Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur.
Fungsi Kontrol Sosial : mengontrol masyarakat dan pemerintahan. Bagaimana tindakan pemerintah dan respon masyarakat atau mungkin sebaliknya. Hal demikian akan tercover melalui adanya
Inti : INFLUENCE—menginspirasi—mewarnai dengan nilai kebaikan.

Karakteristik pers

Karakteristik Pers haruslah benar-benar diperhatikan mengingat sasaran yang akan kita tuju adalah masyarakat luas/umum. Apa yang akan kita sampaikan menjadi tanggung jawab kita yang mengelola sebuah media. Pers yang Islami harus mencerminkan tiga hal:

Fathonah, artinya pers Islam itu harus mencerdaskan masyarakat atau khalayak audien. Jika komunitas kita berbasis Islam, maka kenapa harus malu menyampaikan nilai-nilai kebenaran yang sesui Islam. Toh kita percaya dan yakin kalau Islam itu agama yang benar.

Tablig atau menyampaikan. Pesan dakwah itu harus disampaikan kepada khalayak secara luas. Beramar ma’ruf melalui tulisan memiliki seni tersendiri. Apa yang kita sampaikan melalui tulisan, lalu itu bernilai kebaikan, maka akan banyak pahala yang mengalir untuk kita. Insya Allah.


Jujur. Kejujuran harus ditegakkan dalam pers itu sendiri sebagai instrumen komunikasi. Berita yang tidak jujur hanya akan membodohkan masyarakat luas. Apalagi masyarakat terkadang sering menelan berita mentah-mentah. Lalu menyebar melalui mulut ke mulut padahal belum tentu kebenaran beritanya. Bahaya kah ? coba renungkan !


Qaulan Ma'rufa, bagaimana berkomunikasi dengan cara-cara yang baik, yang ma'ruf dan bijaksana.


Qaulan Balighah, menyampaikan secara tepat pada target audiennya. Harus juga memperhatikan kondisi sosiologis, psikologis masyarakat, khalayak yang heterogen. Jika sasaran mahasiswa maka gunakanlah bahasa mahasiswa, jika sasarannya anak-anak maka gunakan bahasa yang mudah dicerna. Bukan sebaliknya.


Qaulan Karima, bagaimana pesan media itu disampaikan dengan cara yang santun, bukan berita atau informasi yang vulgar dan tidak etis. Sesuai kode etik jurnalistik.

Siapa yg harus ada di media kampus ?

Mujahid bil qalam, itulah jawabannya. Siapakah mereka ? KITA. siapapun bisa asal dia termasuk orang berakal, mau berpikir, mau belajar, mau berbagi, mau menyampaikan kebaikan (amar ma’ruf nahi mungkar) dan siap berkontribusi dengan gigih. So, are you ready ? 

Menjadi pendekar pena, penoreh dakwah Islam, be mujahid/mujahidah bil qalam ??? Bergegas, lekas bergerak, kawan ! Sebelum idemu lapuk.