Lepidoptera's-mhie
it's time for metamorfoselfing
Kamis, 09 April 2020
Ibu : Tempat Yang Paling Nyaman Untuk Pulang
Agustus nanti genap dua tahun gak tinggal serumah sama ibu. Ibu tinggal di rumah induk dan kami (suami dan anak-anak) memisahkan diri. Rasanya gimana? Beda banged lah... Bukan berarti aku manja ya alias (mbok-mbok'an) tetapi semakin menua rasanya nyaman bisa di samping ibu. Atau mungkin karena sejak kecil sampai kuliah aku yang paling dibebaskan (istilah jowone di'cul'ke). Gimana gak di'cul'ke ya?
Pertama, gak pernah dianter saat mendaftar sekolah (kecuali TK dan SD). Jarak SMP dan rumah 20 menit. Itu aku sekolah juga naik angkot ya. Termasuk pertama kali sampai di Jogja saat kuliah juga gak dianter ibu. Apa ibuku tahu kos-kosan yang aku pilih waktu itu bagaimana? Beda dengan mas dan adikku ya. Ibu jelas ikut saat pertama kalinya mereka mau kuliah. Dan, ibuku ke kos ku hanya saat wisuda saja. Alhamdulillah Allah membimbingku untuk mendapatkan lingkungan dan teman yang kondusif.
Kedua, ibuku gak pernah mendikte aku agar menjadi seperti apa dan siapa. Bahkan gak pernah menyuruh aku les ini dan itu. Kakakku udah dileskan sejak SD kelas 1. Aku? Free terserah aku mau ikut apa aja di sekolah, yang penting apa ya? Dulu kayaknya yang penting gak minta uang saku lebih atau minta uang yang gak jelas untuk apa. Kalau ada bayar-bayar apa ya harus ngumpulin sendiri uangnya. Susah yang ini, karena uang saku ngepas. Tetapi aku punya tabungan dari kumpulan angpau lebaran.hehe..
Oiya termasuk dalam hal berhijab. Sejak SMP aku sudah berhijab alhamdulillah walaupun saat sekolah aja. Itupun ibuku membebaskan aku mau pakai baju yang bagaimana? Bebas banged kan?
Ketiga, gak melarang aku pacaran. Eit's tapi bukan berarti pacarku ratusan ya? Hehe. Ibuku kayak gak ada khawatirnya kalo masalah ini. Karena mungkin gak ada yang mau macarin orang cupu kayak aku. Sampai sudah tiba waktunya aku menikah pun, ibu gak pernah berusaha menjodohkan aku dengan siapa gitu. Paling kalau ibu tahu ada yang kasih kode-kode gitu Ibu hanya bertanya sewajarnya.
Kalau aku ceritakan fakta-faktanya nanti akan semakin membingungkan. Dulu aku merasa gak disayang, gak diperhatikan, paling sering dimarahin, paling gampang dilupakan. Alamak, senelangsa itukah? Eits...justru disitu letak ke-amazing-an rasa antara aku dan ibu. Aku baru sadar bahwa selama ini ibu memberi kepercayaan yang lebih sehingga tak perlu pusing memikirkan anaknya yang satu ini.
Sekarang jadi berkebalikan. Dulu sering dibiarkan kemana-mana. Sekarang kalau weekend selalu tanya, "nginep sini gak?"
Pada akhirnya memang bener kalau ada yang bilang home sweet home. Dimana ada Ibu disitulah kita bisa merasa homey banged. Walaupun yang dilakukan hal-hal yang remeh. Cerita, makan kluban bareng, nemenin nonton sinetron ind*si*r, memakan yang dimasakkan ibu, pura-pura "iya" dan "ooo..." ketika cerita panjang lebar yang aku juga gak kenal dengan orang yang diceritakan. Sesimpel itu tetapi bisa membahagiakan ibu. Dimana ada ibu disitulah tempat yang nyaman dan adem gitu ya rasanya.
Beda cerita yang tinggal di perantauan. Pastinya frekuensi bertemu lebih sedikit. Bisa donk sering-sering telpon, sms, vidcall juga bisa. Teknologi sudah canggih. Walapun itu tetap beda cerita, karena mencium tangan ibu secara langsung itu ada getaran tersendiri dari sekedar say hai saat vidcall ya.
Itu aja sih, abaikan bahasa yang gak sesuai PUEBI. Lagi kangen sama ibu. Padahal hanya terpisah 10 Km aja udah berasa kayak beda benua. Apalagi ini ditulis di masa-masa karantina karena wabah covid-19. Semoga sehat-sehat semua dalam lindungan Allah SWT.
Sabtu, 21 Maret 2020
My Panic Episode: Curhat Dibalik Masa Social Distancing
Mantan bucin yang satu ini sedang ingin bercerita santai saja sambil makan cemilan dan minum rebusan rimpang (ini karena suami lagi rajin buatin). Entah ini rasa apa yang mampir dalam hidupku. Episode yang boleh dibilang menegangkan dan cukup membuat panik banyak orang. Kenapa aku ikut panik? Mungkin karena belum membaginya lewat tulisan.
Ya, ini sudah masuk hari keenam masa social distancing. Belum begitu terasa sebenarnya. Karena masih banyak orang melakukan rutinitas di luar sana, kecuali yang taat pimpinan. Sejak covid-19 masuk Indonesia dan trennya mulai meningkat, pemerintah menghimbau beberapa hal di daerah tertentu. Termasuk kota Pekalongan yang mengeluarkan surat edaran berisi tentang himbauan untuk meliburkan KBM di sekolah selama dua pekan. Ah, kalo anak-anak mungkin bahagia mau libur. Tapi bagiku? Otak harus berpikir cepat dan cuz mau ngapain aja tuh dua pekan?
Yuph, aku sadar sepenuhnya ini langkah baik untuk mencegah penularan yang lebih meluas. Aku yakin ini usaha yang baik dari pimpinan dan kita pun harus sejalan. Namun, bukan tentang bagaimana usaha menghadapi covid-nya yang ingin aku luapkan.
Dua pekan yang mendadak tanpa persiapan itu artinya aku harus menjadi full mom di rumah tanpa bisa ajak mereka eksplor outdoor, silaturahmi, mudik ke rumah mbah kung dan jalan-jalan ke tempat wisata karena ini masa social distancing. Dan, parahnya lagi aku harus memahamkan itu semua ke si sulung yang sekarang mulai aktif bertanya apapun itu. Sementara dari pihak sekolah sepertinya belum memberikan konseling secara langsung bahwa mereka akan lama di rumah. Bukannya kami gak siap bermain dengan anak sendiri, tetapi ini rasanya bikin megap-megap banged.
Pertama, libur dua pekan berarti harus bikin lesson plan buat duo bocil yang lagi super aktif itu pasti perlu merenung semaleman. Otomatis kudu nyiapin banyak hal biar anak-anak betah dirumah, yeekhan???
Kedua, karena keluar rumah hanya boleh seperlunya (tapi kok yang sono-sono masih pada biasa aja ya) maka sebaiknya stok beberapa bahan untuk dirumah (no panicbuyying ya, mak?)
Ketiga, kebiasaanku yang buruk adalah suka jajan diluar dan jarang masak. Kalau keadaan begini yang lebih aman ya masak sendiri di rumah sedangkan aku hanya bisa masak 2-5 menu masakan dengan bumbu dasar bamer-baput. Parah banged, kan? Padahal udah berumah tangga hampir tujuh tahun. Alamak!!
Keempat, work from home itu sama aja kayak apa ya? Karena tiap pulang kerja dari kantor sampe rumah pun masih kerja rodi kan mak? Itu mah resiko working mom, gak usah keluhin. Semua yang working mom juga merasakan hal yang sama. Work from home artinya membawa pekerjaan kantor ke rumah. ya Allah, lipatgandakan kekuatanku tanpa aku harus jadi sailormoon atau boboboy halilintar (kata Ghassan). Mamak kudu strong! Aslinya sih biasa aja, tapi kalo gak heboh bukan Azmi namanya.
Kelima, tepat hari pertama libur aku tumbang krek..krek..krek. Bener kata orang, kalau panik imunitas menurun dan selamat beristirahat tanpa istirahat yang sebenarnya karena dirumah u know lah mak.Seolah ingin membenarkan kata teman, bahwa emak itu gak boleh sakit!
Sepertinya mimpiku ingin menjadi ibu rumah tangga ambyar sudah. Dengan sisa tenaga yang ada, masak untuk lima hari pertama rasanya aku udah pantes dapet piala (dari siapa?) karena sepanjang sejarah gak pernah masak beberapa hari berturut-turut gitu.
Tak hanya itu, hape buntut harus online memantau murid-muridku mengerjakan tugas dari rumah serta melototin grup-grup baru yang wajib diikuti. Mantul deh, liburan rasa coklat strowberi penuh nikmat setiap hari.
Hari pertama libur aja Ghassan dah bingung,
"kok libur?"
"iya soalnya corona lagi jalan-jalan" jawabku sekenanya.
"ke sekolahku pok mi?"
"aaa...tidak-tidak."
"lha kemana?"
"corona lagi jalan-jalan di China dan Korea. Biar gak menyebar dan menular, kita disuruh libur dirumah jangan pergi-pergi. Sekolahannya dibersihkan dulu biar gak ada kuman dan virus."
"Sampai kapan umy?"
"sampai tanggal ini" (menunjuk ke kalender)
"Wah, lamane pok umy...nanti gak bisa main sama temen-temen"
Help, semoga aku gak hipertensi di rumah. Karena ngajarin anak sendiri kadang galaknya tumpah-tumpah.
Nah, menghadapi sisa harilibur kerja dari rumah ini nampaknya wajib reschedule all activity supaya tertata rapi dan tetap berkesan untuk buah hati. Meskipun liat beranda youtube udah kaya trailer film horor semua (tiap hari nongol pak Yuri membacakan pertambahan positif covid-19) tetep harus menjaga kewarasan jiwa raga agar tetap optimis menjalani hari-hari. Ikhtiyar maksimal dan yakin sama Allah. Kita sakit, sedih, payah, susah tapi ikhlas maka bisa jadi penggugur dosa (Ya Allah, bimbing kami biar ikhlas).
Kadang udah gak panik, tapi giliran baca status WA temen-temen jadi kambuh lagi paniknya. Bismillah, salah satu mengurangi kepanikannya yaitu dengan memikirkan hal lain yang bisa memberikan manfaat di situasi darurat. Ngobrol dan curhat sama suami (pastikan suami gak malah ikutan panik ya?), bikin target libur anak, maksimalkan ikhtiyar tanggap covid-19, nawaitu nya dilurusin, ibadahnya dikencengin. Ambil hikmahnya deh, mungkin ini salah satu cara Allah supaya keluarga makin harmonis, pasangan makin romantis, anak-anak bermain bersama ortu dengan aktif dan makin kreatif, kebersamaan melahirkan energi positif.
Gitu saja cerita hari ini ya. Pegel lama gak nulis.
Tetep sehat dan semangat.
Semoga virus penyebab covid-19 nya segera musnah biar bisa menyambut ramadhan penuh berkah dan hari-hari kembali cerah.
Buat para mamak, stay strong dan keep smile:)
Ya, ini sudah masuk hari keenam masa social distancing. Belum begitu terasa sebenarnya. Karena masih banyak orang melakukan rutinitas di luar sana, kecuali yang taat pimpinan. Sejak covid-19 masuk Indonesia dan trennya mulai meningkat, pemerintah menghimbau beberapa hal di daerah tertentu. Termasuk kota Pekalongan yang mengeluarkan surat edaran berisi tentang himbauan untuk meliburkan KBM di sekolah selama dua pekan. Ah, kalo anak-anak mungkin bahagia mau libur. Tapi bagiku? Otak harus berpikir cepat dan cuz mau ngapain aja tuh dua pekan?
Yuph, aku sadar sepenuhnya ini langkah baik untuk mencegah penularan yang lebih meluas. Aku yakin ini usaha yang baik dari pimpinan dan kita pun harus sejalan. Namun, bukan tentang bagaimana usaha menghadapi covid-nya yang ingin aku luapkan.
Dua pekan yang mendadak tanpa persiapan itu artinya aku harus menjadi full mom di rumah tanpa bisa ajak mereka eksplor outdoor, silaturahmi, mudik ke rumah mbah kung dan jalan-jalan ke tempat wisata karena ini masa social distancing. Dan, parahnya lagi aku harus memahamkan itu semua ke si sulung yang sekarang mulai aktif bertanya apapun itu. Sementara dari pihak sekolah sepertinya belum memberikan konseling secara langsung bahwa mereka akan lama di rumah. Bukannya kami gak siap bermain dengan anak sendiri, tetapi ini rasanya bikin megap-megap banged.
Pertama, libur dua pekan berarti harus bikin lesson plan buat duo bocil yang lagi super aktif itu pasti perlu merenung semaleman. Otomatis kudu nyiapin banyak hal biar anak-anak betah dirumah, yeekhan???
Kedua, karena keluar rumah hanya boleh seperlunya (tapi kok yang sono-sono masih pada biasa aja ya) maka sebaiknya stok beberapa bahan untuk dirumah (no panicbuyying ya, mak?)
Ketiga, kebiasaanku yang buruk adalah suka jajan diluar dan jarang masak. Kalau keadaan begini yang lebih aman ya masak sendiri di rumah sedangkan aku hanya bisa masak 2-5 menu masakan dengan bumbu dasar bamer-baput. Parah banged, kan? Padahal udah berumah tangga hampir tujuh tahun. Alamak!!
Keempat, work from home itu sama aja kayak apa ya? Karena tiap pulang kerja dari kantor sampe rumah pun masih kerja rodi kan mak? Itu mah resiko working mom, gak usah keluhin. Semua yang working mom juga merasakan hal yang sama. Work from home artinya membawa pekerjaan kantor ke rumah. ya Allah, lipatgandakan kekuatanku tanpa aku harus jadi sailormoon atau boboboy halilintar (kata Ghassan). Mamak kudu strong! Aslinya sih biasa aja, tapi kalo gak heboh bukan Azmi namanya.
Kelima, tepat hari pertama libur aku tumbang krek..krek..krek. Bener kata orang, kalau panik imunitas menurun dan selamat beristirahat tanpa istirahat yang sebenarnya karena dirumah u know lah mak.Seolah ingin membenarkan kata teman, bahwa emak itu gak boleh sakit!
Sepertinya mimpiku ingin menjadi ibu rumah tangga ambyar sudah. Dengan sisa tenaga yang ada, masak untuk lima hari pertama rasanya aku udah pantes dapet piala (dari siapa?) karena sepanjang sejarah gak pernah masak beberapa hari berturut-turut gitu.
Tak hanya itu, hape buntut harus online memantau murid-muridku mengerjakan tugas dari rumah serta melototin grup-grup baru yang wajib diikuti. Mantul deh, liburan rasa coklat strowberi penuh nikmat setiap hari.
Hari pertama libur aja Ghassan dah bingung,
"kok libur?"
"iya soalnya corona lagi jalan-jalan" jawabku sekenanya.
"ke sekolahku pok mi?"
"aaa...tidak-tidak."
"lha kemana?"
"corona lagi jalan-jalan di China dan Korea. Biar gak menyebar dan menular, kita disuruh libur dirumah jangan pergi-pergi. Sekolahannya dibersihkan dulu biar gak ada kuman dan virus."
"Sampai kapan umy?"
"sampai tanggal ini" (menunjuk ke kalender)
"Wah, lamane pok umy...nanti gak bisa main sama temen-temen"
Help, semoga aku gak hipertensi di rumah. Karena ngajarin anak sendiri kadang galaknya tumpah-tumpah.
Nah, menghadapi sisa hari
Kadang udah gak panik, tapi giliran baca status WA temen-temen jadi kambuh lagi paniknya. Bismillah, salah satu mengurangi kepanikannya yaitu dengan memikirkan hal lain yang bisa memberikan manfaat di situasi darurat. Ngobrol dan curhat sama suami (pastikan suami gak malah ikutan panik ya?), bikin target libur anak, maksimalkan ikhtiyar tanggap covid-19, nawaitu nya dilurusin, ibadahnya dikencengin. Ambil hikmahnya deh, mungkin ini salah satu cara Allah supaya keluarga makin harmonis, pasangan makin romantis, anak-anak bermain bersama ortu dengan aktif dan makin kreatif, kebersamaan melahirkan energi positif.
Gitu saja cerita hari ini ya. Pegel lama gak nulis.
Tetep sehat dan semangat.
Semoga virus penyebab covid-19 nya segera musnah biar bisa menyambut ramadhan penuh berkah dan hari-hari kembali cerah.
Buat para mamak, stay strong dan keep smile:)
Kamis, 30 Oktober 2014
Resep Belajar UN yang Endes Bingidz
Assalamu’alaikum pemirsah? Bagi temen-temen yang sedang ‘hidup’ di SMP ato SMA dan bentar lagi mau say good bye berarti tahun depan masih akan menjalani Ujian Nasional (UN). UN masih jadi momok menakutkan dan menegangkan gak ya? Huaem, sepertinya itu ujian sepele apalagi kalau dibandingkan dengan ujian hidup (nggaya karena udah ngelati masa itu). Belum lagi kalau dibandingkan dengan ujian saat mau melewati jembatan shirotol mustaqim (kalau itu tergantung iman dan taqwa kita ya.kalau udah belajar dan berdoa maksimal sekuat tenaga, ngapain harus merasa kalau UN itu lebih mengerikan dari makhluk horor (haduuh, tepuk jidat deh!)
Nah, mumpung masih punya banyak waktu, ada sedikit resep yang endesss bingidz dan gak perlu diminum kayak obat, cukup baca dan silakan jika berminat mempraltekkan (resiko ditanggung sendiri). Mau tahu? (jawab aja iya....hehe)
Pertama, cari kisi-kisi UN yang baru (kalau belum keluar kisi-kisinya, boleh tuh sementara pakai kisi-kisi lama). Kalau perlu tempel kisi-kisi di..di..dimana ya terserah deh.
Kedua, bikin ringkasan tiap mapel yang akan di-UN-kan. Bentuk ringkasan bebas sekreatif kita. bikin aja yang menurut kita gampang dibaca, mudah dipahami dan bikin nagih (biar kamu ketagihan bacanya). Ingat ya..bikin ringkasannya sesuai kis-kisi saja. Don’t lebay pliss, ntar ringkasannya malah jadi membingungkan. Oke? Oya, satu lagi bikinlah ringkasan yang ringkas hehe maksudnya memang bisa dibawa kemana-mana. Belajar bisa dimana-mana juga tanpa perlu buka buku yang ebel dan segede gambreng.
Ketiga, atur waktu. Nah lho...jangan sampe belajar jadi bablas lupa ngerjain kewajiban lainnya. Atur waktu sebaik mungkin. Seminggu kira-kira mau belajar apa saja. Kalau perlu bikin jadwal khusus persiapan UN yang gak bisa diganggu gugat. Misalnya senin belajar IPA, berarti hari itu belajarlah IPA sambil meringkas sesuai kisi-kisi dan latihan soalnya. Gak perlu dibrondong semua kisi-kisi dihabis tuntaskan hari itu. wah ntar kamu jadi mabuk IPA jadi gawat darurat. Oke, silakan atur waktu ya. kwhilangan waktu sedetik saja tak akan pernah terganti dengan detik yang lainnya.
Keempat, berbuat baik. Eits, berbuat baik bukan hanya mau UN saja tapi setiap hari. ini Cuma sebagai catatan saja bagi kamu yang masih suka usil, malas dan perilaku negatif lainnya, saat ini mulai harus bangun ya...tobat dan segera nabung kebaikan. Karena siapa yang melakukan kebaikan maka akan mendapatkan kebaikan pula. Baik sama orang tua, baik sama guru, baik sama teman, tetangga, saudara, temannya saudara, ibunya ibu kamu, bapaknya ibu kamu, kakak adiknya bapak kamu, ups....pokoknya sama semua orang ya....! tak pandang bulu.
Berbuat baik itu gak rugi kok. Allah pasti udah ngitung kebaikan yang kita lakukan meskipun sedikit. Nah, kita semua pasti akan mnedapatkan balasan yang baik pula dari Allah. Siapa tahu balasan baik itu berupa kelulusan yang gemilang. Hem...itu jadi rahasia Allah.
Kelima, ibadah sungguh-sungguh. Inget jaman dulu SMA, masjid sekolah ramai oleh anak kelas XII terutama saat istirahat pertama. wah, keliahatan tuh udah mulai rajin shalat dhuha. Hehe, tapi kenapa musti menjelang UN aja. So, buat temen-temen yang udah rajin ibadah terusin rajinnya ya. tapi kalau yang belum rajin ibadah, tingkatin donk. shalat wajib, sedekah, sholat sunnah, puasa sunnah, tilawah dan sebagainya kudu top bingidz juga. Pokoknya porsi ibadah juga gak boleh kalah dengan porsi belajar. Biar usaha kita makin berkah pemirsah.
Mungkin resepnya itu aja kali ya. kalau ada yang mau menambahkan silakan aja asal jangan sampai keasinan, hehe. Kalo mau lulus tapi gak mau belajar itu tong kosong. Mulai sekarang siapkan mentalmu. Menjalani UN itu ada dua kemungkinan : LULUS dan TIDAK LULUS. Kalau kita gak berusaha ya hasilnya Cuma satu kemungkinan : TIDAK LULUS. Kalau kita mau berusaha, kemungkinan TIDAK LULUS itu bisa kita minimalisir. Hehe...tetep semangat ya teman! (tunggu tulisan selanjutnya : Persiapan mendekati hari H). Let’s study hard!!
Langganan:
Postingan (Atom)