Rabu, 04 April 2012

Plastisin :Karya Anak Bandel atau Anak Kreatif ?



—“ Wow, ini proyek Bapak yang luar biasa ?”

Siang itu ketika memasuki kelas Jurnalistik yang riuh oleh suara siswanya memang terasa menggugah emosi untuk banyak berkomentar negatif. Berkomentar negatif karena siswa masih asyik dengan kegiatannya masing-masing tanpa memperhatikan bahwa guru sudah memasuki kelas dan siap untuk memulai pelajaran.

Bertindak untuk menarik perhatian siswa di kelas. Itulah yang seharusnya terpikir pertama kali melihat situasi kelas yang masih antusias dengan permainnaya sendiri. Memang waktu itu saya berpikir jika saya menyuruh mereka merapikan segera alat mainnya, mereka akan tetap mengabaikkan perintah saya. Karena memang pada kenyataannya permainan itu lebih menarik dari pada kehadiran gurunya di kelas. Jika saja saya menjadi anak seumuran mereka, sudah sangat jelas saya akan tetap duduk menekuni proyek yang sedang dibuat bersama teman-teman.

Permainan anak-anak kok disebut proyek yang besar ?
Ada dua rasa membuncah yang saling ironis ketika saya melihat hasil proyek mereka. Beberapa plastisin yang digabung menjadi satu dengan warna yang kurang menarik kemudian setiap anak membentuknya menjadi benda-benda kecil serta di tata pada papan tulis kecil milik kelas. Pertama, sedikit jengkel karena mereka tak peduli bahwa jam pelajaran sudah akan dimulai. Seolah mereka meremehkan saya ketika masuk kelas. Kedua, saya tidak tega merusak acara mereka karena proyek yang mereka buat sangat kreatif. Luar biasa. Plastisin yang berubah menjadi orang-orangan, perosotan, berbagai bentuk hewan, pohon, bahkan ada pesawat terbang.

Sedikit mengambil nafas, saya melupakan sejenak lesson plan yang sudah saya siapkan untuk mereka (kebanyakan orang mungkin akan menilai mereka : bandel). Lalu,

“Baik, pemirsa. Dari lokasi saya melaporkan : di kelas 4 C ramai oleh beberapa orang yang sedang menyelesaikan sebuah proyek. Proyek apakah itu ? mari kita saksikan !” Ide yang sangat nyambung dengan background mata pelajaran saya yaitu  jurnalistik.

Ada sinar berbinar dari mata satu-dua anak yang tergabung dalam segerombolan anak di kelas.

“Maaf, dengan Pak Anjay ? Bolehkan saya meliput kegiatan Bapak disini ?” seketika ada senyum dari bibir mereka. Dengan antusias dan gaya ke-bapak-an mereka serentak menjawab, “Oo…boleh-boleh silakan !”

“Kalau boleh tahu, proyek apa yang sedang Anda buat bersama tim Bapak ?”
“Oo..emmm ini adalah….sebuah wahana bermain.” Jawab Anjay. Disusul dengan jawaban anak lainnya : Yahya, Hendra dan lain-lain. Mereka menyebutkan tempat-tempat yang mereka bangun serta mengutarakan biaya yang sudah mereka habiskan untuk membuat proyek tersebut.

“Wow, ini memang proyek Bapak yang sangat luar biasa. Good job !” puji saya.

Saya biarkan mereka duduk di bawah dengan tetap menekuni plastisin-plastisin yang berserakan. Tetapi sedikit demi sedikit mereka memperhatikan saya yang ada di depan kelas dan bersiap menyampaikan materi tentang deskripsi.

Banyak contoh yang ingin saya berikan kepada mereka. Tetapi pada akhirnya saya hanya memberikan satu contoh deskrpsi yaitu deskripi tentang wahana bermain yang sedang mereka buat. Saya meminta mereka untuk mulai membuat sebuah deskripsi dengan tema ‘tempat yang indah’. Saya pikir, mereka akan membuat deskripsi tentang wahana bermain yang mereka buat, karena saya mengira yang sedang ada di otak mereka hanyalah plastisin yang berubah menjadi wahana bermain.

Mereka pun mengumpulkan tugas. Memang beberapa anak menuliskan tentang wahana bermain yang mereka buat dengan plastisin. Ada satu anak yang ternyata menuliskan surga sebagai tempat yang paling indah. Wow, luar biasa. Bahkan saya sendiri tak memikirkan tempat itu akan muncul menjadi judul deskripsi ‘tempat yang indah’.

Entah kebetulan ataupun memang sebuah bentuk sinergisitas ? Adanya bentuk penghargaan ketika mereka bermain, membuat mereka merasa diperhatikan dengan cara yang berbeda. Mau bagaimana pun juga, hasil karya plastisin mereka merupakan hasil polesan beberapa kecerdasan. memang bukan kecerdasan yang bisa disetarakan dengan nilai 100 pada matematika, 100 pada IPA. Banyak kecerdasan yang perlu kita perhatikan, kecerdasan mereka mendesain, membentuk patung dari plastisin tercover dalam kecerdasan visual. Selain itu kebersamaan mereka membuat proyek ternyata melatih kemampuan mereka untuk bersosialisasi, memimpin, dan bekerja sama (kecerdasan interpersonal).

Pada umumnya mereka mendapat ancaman ketika bermain tak kenal waktu. Bersikap tegas ataupun memberi nasehat akan jauh lebih baik daripada mengancam. Tetapi ternyata banyak cara untuk mengalihkan perhatian mereka agar kembali memperhatikan pelajaran. Tinggal kita memilih cara apa yang akan kita gunakan. Cara yang mematikan, atau bahkan menumbuhkan banyak ide dan kreativitas lebih beragam. Karena mereka begitu berharga. []

Senin, 02 April 2012

Detik-detik : punya sayap kah ?


Berdamai dengan detik-detik yang sengaja ku pungut
Apa takdir yang bilang, kalau kini mereka terenggut ?
Bukan tak ingin merelakan mereka menyusut
Menyusut pelan bukan untuk jiwaku…

Tuhan, kembalikan mereka untukku
Tidak ku geletakkan semena-mena
Tetapi semata-mata karena mereka berharga
Untuk jiwaku….
Bukan sekedar ragaku…

Ijinkan mereka ke pelukankku Tuhan….

#mencari makna : waktu yang tersedia emang sedikit, sedangkan kewajiban kita sangat banyak yang harus dilakukan.